Tuesday, June 18, 2013

Woman Trafficking: Bukti Wanita Indonesia Belum Merdeka (Refleksi Peringatan Hari Kartini 2013)

Di Indonesia hari Kartini selalu diperingati dengan hebohnya. Banyak kegiatan yang dilakukan untuk mengenang jasa Kartini. Kartini memanglah sangat berjasa untuk wanita di Indonesia. Beliau lah yang memperjuangkan hak-hak wanita Indonesia sehingga saat ini wanita Indonesia dapat menghirup udara kebebasan. Kartini datang dengan “emansipasi wanita”-nya. Semua orang mengagung-agungkan keberaniannya untuk menepis anggapan bahwa wanita bukanlah apa-apa. Kini namanya dikenal sebagai pahlawan untuk seluruh kaum wanita Indonesia.
Sebenarnya Kartini bukanlah hanya Raden Ajeng Kartini binti Raden Mas Adipati Sastrodiningrat saja, namun wanita-wanita Indonesia bisa menjadi kartini-kartini lainnya. Kartini berada pada semangat juang untuk diri sendiri. Kartini bukan hanya sebatas peringatan yang selalu dielu-elukan setiap orang tetapi bagaimana wanita Indonesia mampu memerdekakan diri sendiri. Di Indonesia terjadi banyak kasus yang membuktikan betapa wanita Indonesia belum mampu dikatakan merdeka. Salah satu kasusnya adalah woman trafficking. Merdeka bisa diasosiasikan dengan merdeka dalam berkarir dan berkarya seperti dalam hal pekerjaan. Wanita Indonesia mempunyai hak untuk memerdekakan diri dalam hal pekerjaan. Namun, masih ada beberapa pekerjaan yang tidak memerdekakan wanita Indonesia. Salah satu contohnya adalah woman trafficking atau perdagangan wanita. Banyak terjadi kasus dimana wanita Indonesia “dijual”. Banyak dari mereka yang dijadikan pekerja rumah tangga hingga pekerja seks komersial. Banyak wanita Indonesia yang terjebak dalam woman trafficking. Kasus woman trafficking ini bukanlah kasus baru untuk wanita Indonesia karena kasus ini sudah lama membayangi wanita Indonesia. Wanita yang terlibat dalam woman trafficiking bisa disebabkan oleh penipuan yang biasanya berdalih Tenaga Kerja Wanita yang bisa disalurkan ke luar negeri. Banyak wanita Indonesia yang masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang begitu bagus sehingga mendorong mereka untuk bekerja apa pun demi menafkahi dirinya dan keluarganya. Hal ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab. Oknum-oknum ini biasanya membuka lowongan pekerjaan untuk para wanita dengan segala iming-imingnya lalu mereka memperbudak wanita-wanita itu. Banyak wanita yang dijual kepada orang luar negeri lalu dijadikan pembantu tanpa dibayar. Bahkan ada juga yang dijual sebagai pekerja seks komersial tanpa dibayar pula. Wanita-wanita ini tidak bisa mengelak dari oknum-oknum tidak bertanggungjawab ini. Wanita-wanita ini terpaksa menuruti semua perintah atasannya demi bisa hidup karena jika ada satu perintah saja yang tidak dipatuhi maka nyawa yang akan jadi taruhannya. Dapat dilihat betapa wanita Indonesia ditipu, dijual, diperbudak, diperlakukan tidak adil, dan diinjak-injak harga dirinya namun mereka tidak bisa lari dari masalah ini. Mereka tidak mampu untuk melawan semua itu. Mereka menganggap dengan menuruti semua kemauan atasannya mereka bisa aman. Hal ini mencerminkan betapa wanita Indonesia belum mempunyai sifat keberanian yang begitu besar untuk melawan apa yang tidak sejalan dengan mereka. Mental yang dimiliki wanita Indonesia ini belum bisa dikatakan mental memerdekakan diri. Memang mereka tidak salah dan mereka adalah korban namun jika mereka merasa bahwa apa yang dialami bertentangan dengan apa yang diharapkan seharusnya mereka mampu menanganinya. Kasus woman trafficking memang bukan kesalahan mereka. Namun seharusnya mereka berani untuk melawan setidaknya untuk tidak disakiti. Mereka harus berani untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Dapat dilihat betapa semangat Kartini belum menjalar ke setiap wanita Indonesia.
Merdeka? Sulit untuk mengatakan bahwa wanita Indonesia sudah merdeka. Bisa dikatakan bahwa belum semua wanita di Indonesia merdeka dalam berkarir dan berkarya. Memang banyak contoh wanita Indonesia yang sudah merdeka menurut versinya masing-masing, seperti contohnya Megawati Soekarnoputri mantan presiden Indonesia. Namun masih banyak wanita Indonesia yang dirasa belum merdeka seperti kasus woman trafficking. Kata merdeka memang tidak memiliki definisi yang bisa disama-ratakan bagi semua orang. Masing-masing mempunyai definisi sendiri terhadap kata merdeka ini.
Setiap orang mempunyai kemauan untuk merdeka menurut versinya masing-masing namun dapat dilihat bahwa woman trafficking tidak memerdekakan wanita Indonesia. Wanita Indonesia tidak bisa disalahkan dalam hal ini karena mereka adalah korban, namun setidaknya mereka bisa menyuarakan ketidakadilan yang mereka rasakan. Jika memang mereka merasa dirugikan, sebagai kaum yang ingin merdeka seharusnya mereka mampu untuk menyampaikannya. Kesempatan untuk keluar dari kerasnya woman trafficking memang sangat tipis namun tidak berarti bahwa tidak ada kesempatan bagi wanita yang terbelenggu woman trafficking untuk keluar dari hal itu. Jika sudah bisa keluar dari hal itu wanita Indonesia seharusnya mempunyai keberanian untuk menyampaikan apa yang pernah dialami kepada pihak terkait misalnya polisi. Yang terjadi di Indonesia adalah bahwa mereka tidak mengutarakan kriminal yang pernah dialami sehingga tindak kriminal itu tidak bisa dihentikan.

No comments:

Post a Comment